Kamis, 01 Juni 2017

NHW#3 Membangun Peradaban dari dalam Rumah


Maha Suci Allah yang menciptakan makhlukNya berpasangan. Mempertemukan tulang rusuk yang bengkok dengan pasangannya. Sama seperti kita, meskipun satu kota tidak pernah sekalipun kita bertemu sebelumnya. Hingga sebuah saluran komunikasi mempertemukan kita. Aku tidak pernah merasa mengundangmu berteman, begitu juga dirimu. Namun seiring waktu kita saling bertukar kisah hidup sehari-hari.Hingga pada saat itu, 29 Juni 2008 dirimu mengajakku untuk ta’aruf. Awalnya aku menolak, karena merasa belum siap. Namun dirimu terus meyakinkanku jika aku berkata belum siap, maka kapan lagi aku akan belajar mempersiapkan diri untuk menikah.

Tantangan pertama yang harus aku taklukkan adalah menyampaikan kepada orangtuaku bahwa ada seorang laki-laki yang mengajakku untuk ta’arufdan menikah. Aku adalah seorang yang introvert, tidak pandai mengungkapkan apa yang ada dalam benakku. Sampai sekarang pun aku masih harus belajar untuk mengungkapkan perasaanku. Akhirnya melalui perantara omku, ayahku pun tahu bahwa ada yang mengajakku untuk ta’aruf. Ibuku bahkan tidak percaya dan meragukanku.

Tibalah saatnya kau datang ke rumahku dan menyampaikan keinginanmu untuk taaruf kepada orangtuaku. Mungkin dirimu berharap aku ada disana, duduk bersama orangtuaku. Namun saking introvert dan malunya, aku hanya mampu mendengarkan percakapanmu dengan orangtuaku di balik dinding.


Akhirnya bulan Maret 2009 dirimu mengkhitbahku, dan pada 11 Oktober 2009 kita menikah.

Awal menikah kita sudah harus berpisah karena aku ditugaskan pelatihan selama 3 minggu. Di tahun pertama banyak penyesuaian yang kita lakukan, karena memang sebelum menikah kita belum saling mengenal sifat kita satu sama lain. Sifatku yang cenderung mengikuti arus kau tutupi dengan ketegasanmu, begitu pula ketergesaanmu ku tutupi dengan kesabaranku.. Seiring dengan berjalannya waktu, kita pun saling belajar untuk melengkapi satu dan lainnya.

Di tahun pertama kita menikah,  Allah swt mengaruniakan seorang putri, Hasna, anak pertama kita, seorang anak yang cerdas, berkeinginan kuat, dan kreatif. Tiga tahun kemudian lahirlah Sofia, anak yang penurut, rapi, daterorganisir. Selang 3 bulan dari kelahiran Sofia, aku kembali diberikan amanah kehamilah sehingga sembilan bulan kemudian lahirlah Alya, seorang anak yang berkeinginan kuat dan tidak mudah putus asa.

Alhamdulillah Allah swt juga melancarkan rezeki keluarga kita sehingga kita memiliki sebuah rumah di lingkungan yang baik, dekat dengan masjid, dekat dengan sekolah formal maupun keagamaan untuk anak-anak. Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh Allah swt untuk dapat mendidik anak-anak kita dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan fitrah mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar